Rabu, 16 Mei 2012

MASALAH-MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS

SELAMAT DATANG DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN COMMENT


Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah bersumber dari kondisi tempat belajar dan pelajar yang terlibat dalam belajar Kondisi tempat belajar misalnya bisa berupa ruang kotor, papan tulis rusak, meja kursi rusak, dan sebagainya dapat mengganggu belajar[1]. Sedangkan masalah pebelajar di bagi menjadi dua, yaitu:
A.    Masalah Individu
Rudolf Dreiklurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi malalui cara-cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara lain.Dengan perkataan lain, dia akan berbuat “tidak baik” perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara tidak baik inilah oleh pasangan penulis diatas digolongkan sebagai berikut[2]:
1.Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). Misal: membadut (aktif), atau serba lamban.
2.Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Misal: selalu mendebat, marah, menangis, lupa aturan.
3.Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Misal: mengata-ngatai, memukul.
4.Peragaan ketidakmampuan: Sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun, karena kegagalan yang terjadi.

Senin, 14 Mei 2012

Metode Induktif Francis Bacon


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Berkebalikan dengan penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memiliki konsep yang canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukanlah syarat mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat melakukan generalisasi.
Penalaran deduktif adalah suatu prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Sedangkan penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum.
Namun demikian apabila dengan cermat kita memperhatikan dan memahami kedua jenis metode penalaran ini, deduktif dan induktif, keduanya tidak terlepas dari berbagai kritik. Hal ini menunjukkan bahwa baik penalaran deduktif maupun induktif mengandung titik-titik lemah yang dapat kita anggap sebagai keterbatasan dari keduanya.
2.      Permasalahan
Berdasarkan Latar belakang di atas maka beberapa masalah yang ingin dibahas di sini yaitu:
a.     Apa kaitan antara induktivisme dan problema induksi terhadap Ilmu Filsafat?
b.    Apa  hubungan antara metode induksi dan eksperimen franciz bacon

3.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang sebenarnya metode induksi dan eksperimen, problema induksi dan hubungannya dengan metode eksperimen.

Rabu, 09 Mei 2012

Instrumen Observasi Pengelolaan Kelas




Nama Madrasah
Tsanawiyah/Aliyah Sederajat
Alamat Madrasah

Guru yang diteliti

Mata Pelajaran
Bahasa Arab
Hari

Tanggal

Pukul

Tanda tangan Guru




Observer/Mahasiswa



Selasa, 08 Mei 2012

Sejarah Penulisan Hadist



PENDAHULUAN

            Pada abad pertama hijrah, yakni masa Rasulullah SAW., masa khulafaur Rasyidin dan sebagian besar masa bani umayyah, hingga akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis diriwatkan secara berpindah-pindah dan disampaikan dari mulut ke mulut Masing-masing perawi pada waktu itu meriwayatkan hadis berdasarkan kekuatan hapalannya.
            Memang hapalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadis-hadis yang pernah direkam dalam ingatannya.kemudian Ide penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab ( 23/H/644 M)[1]. Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat Islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Al-Quran
            Meskipun demikian kegiatan tulis  menulis hadist sebenarnya sudah dilakukan oleh para sahabat dimasa rasul masih hidup, sejarah telah mencatat banyak bukti tentang hal ini, dan bukti itu sekaligus menjawab tuduhan para orientalis, yang mengatakan bahwa hadist nabi tidak dapat dijadikan hujah oleh umat islam karena tenggang waktu yang lama pengkodifikasian hadist tersebut, Sejarah telah mencatat 52 sahabat telah menulis hadist yang bersumber dari rasul, terdapatnya shohifah-shohifah sahabat, menunjukkan bukti bahwa hadist yang ditulis oleh para sahabat itu masih orisinil sehingga telah sampai pada abad ke 2 dan berhasil dikodifikasikan oleh kalifah Umar bin abdul azis
      Tidak dapat disangkal lagi bahwa kegiatan tulis menulis dan juga kegiatan pendidikan di dunia Islam telah berlangsung sejak zaman Nabi SAW masih hidup. Ini dapat dilihat dengan adanya bukti-bukti bahwa ketika nabi masih hidup, para sahabat banyak yang mencatat hal-hal yang diimlakan beliau kepada mereka. Ada juga sejumplah sahabat yang menyimpan surat-surat nabi atau salinannya. Hudzaifah r.a. mengatakan bahwa Nabi meminta dituliskan nama orang-orang yang masuk Islam, maka Hudzaifah menuliskannya sebanyak 1500 orang. Selain itu ada juga aturan registrasi nama orang-orang yang mengikuti perang.[2]
      Bahkan seperempat abad sesudah Nabi wafat, di Madinah sudah terdapat gudang kertas yang berhimpitan dengan rumah Utsman bin Affan. Dan menjelang akhir abad pertama pemerintah pusat membagi-bagi kertas kepada para gubernur.[3], hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tulis menulis pada zaman Nabi sudah sangat marak.
      Rasulullah SAW yang menjadi kepala negara Madinah semenjak tahun pertama Hijriyah hidup di tengah-tengah masyarakat sahabat, para sahabat bisa bertemu dengan beliau secara langsung tanpa adanya birokrasi yang rumit seperti sekarang ini.Rasulullah SAW bergaul dengan mereka di masjid , di pasar, rumah dan dalam perjalanan.
      Segala ucapan perbuatan dan kelakuan Rasulullah SAW-yang kita kenal sabagai hadits [4]  akan menjadi ushwah bagi para sahabat r.a. dan mereka akan berlomba-lomba mewujudkannya dalam kehidupan mereka. Dikarenakan tidak semua sahabat mendengar satu hadis secara bersamaan, kerena keterbatasan ini maka para sahabat menuliskan hadits dalam shahifah agar tidak tercecer.